Berlokasi di Jalan Prawirotaman III no. 711, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta, berdirilah warung soto daging sapi Pak Parno. Lokasinya sebenarnya tidak begitu strategis, karena tidak berada tepat di pinggir jalan utama, Jalan Parangtritis. Meski begitu, setiap pagi hingga menjelang siang warung soto ini tak pernah sepi pengunjung yang mencari sarapan. Kiai Najib dan Soto Sayang Pak Parno punya kisah yang menarik untuk disimak.
Pada sebagian kalangan penggemar soto, khususnya para santri Krapyak, warung soto Pak Parno mendapat julukan unik, yaitu Soto Sayang. Sejujurnya aku termasuk orang yang ikut mempopulerkan nama itu dengan sering mengajak kawan santri lain makan di lokasi ini dengan ajakan “ayo makan ke Soto Sayang” bukan “Soto Pak Parno“. Meski begitu, aku pun tidak pernah tahu darimana awal mulanya muncul nama Soto Sayang. Selain tidak tahu, aku pun juga tak berminat mencari tahu. Tak masalah, karena bukan di situ hal menariknya. Lalu apa?
Kiai Najib dan Soto Sayang
Pesona dan rasa Soto Sayang telah berhasil memikat hati para pencari sarapan untuk menjadi pelanggan setianya, tak terkecuali Kiai Najib. Menurut persaksian beberapa santri, warung soto sapi pinggiran ini ialah salah satu tempat sarapan favorit Kiai besar dari Pondok Pesantren al-Munawwir, Krapyak, yaitu Kiai Najib Abdul Qodir. Siapa tak kenal sosok Kiai Alquran Nusantara dari Tanah Krapyak. Tidak hanya bagi kalangan Krapyak dan Yogyakarta, Kiai Najib juga merupakan kiai kharismatik yang menjabat sebagai Wakil Rois Syuriyah PBNU bersama kiai sepuh lainnya.

Sejujurnya aku sendiri belum pernah sekali pun melihat secara langsung Kiai Najib dhahar di Soto Sayang. Maka dari itu untuk mencari kebenaran fakta itu, kala pagi itu di hari Jumat (27/11) saat perjalanan menuju kantor, ku lakukan wawancara singkat dengan penjual Soto Sayang. Benar saja, Kiai Najib memang benar kerap kali dhahar sarapan di tempat (dine in) di Soto Sayang selepas berpergian (tindakan). Saat itulah meja khusus dipersilakan hanya untuk Kiai Najib beserta keluarga ataupun sopir pribadinya. Seluruh pengunjung pun tidak diperkenankan oleh si penjual untuk duduk satu meja dengan rombongan Kiai Najib. Hal ini semata-mata upaya penjual Soto Sayang untuk memberikan penghormatan dan pelayanan terbaik yang layak didapatkan Kiai Najib. Saat tidak sedang dari berpergian, Kiai Najib juga kerap mengutus santrinya untuk membeli sarapan soto di warung ini.
Lalu ku tanya: “Lha Mbak, kira-kira apa tiap minggu Kiai Najib dhahar di sini?” Jawabnya: “Enggak mas. Ya, Mbah Kiai hanya dhahar di sini saat pulang dari berpergian, misalnya dari Purworejo, Semarang, ataupun daerah lainnya. Tapi Mas, sering kok santrinya ke sini belikan buat Mbah Kiai.”
Apa spesialnya Soto Sayang Pak Parno?

Menurut testimoni banyak orang, tidak ada satupun yang merasa kecewa setelah makan di warung soto ini, termasuk aku. Jika ada warung Soto Sayang ini buka pendaftaran member, sudah barang pasti pelanggannya berbondong-bondong mendaftar. Hehe. Mari kita review sejenak betapa spesialnya Soto Sayang.
Warung Soto Pak Parno (Soto Sayang) menjual soto dengan daging sapi. Warung yang dinamai dengan Pak Parno ini sebenarnya sekarang telah dilanjutkan oleh putrinya, Bu Wasilah. Tempatnya sebenarnya tidak terlalu luas, hanya sebuah rumah sederhana dengan 3 pintu dan beberapa jendela. Disediakan juga tempat makan lesehan di sebelah timur rumah. Harga soto di warung ini tergolong murah, yaitu 11 ribu untuk soto campur porsi biasa dan 13 ribu untuk soto pisah ataupun porsi jumbo. Daging sapi yang disajikan dalam mangkok soto pun tidak pelit, banyak banget. Rasanya juga nendang, pas untuk lidah semua kalangan. Waktu paling pas untuk menikmati Soto Sayang ialah kisaran jam 7-10 pagi alias waktu sarapan. Sebagai pelengkap soto, disediakan juga berbagai macam sate-satean, seperti sate usus dan sate ati empela serta aneka gorengan. Sebelum menikmati semangkok soto, jangan lupa tambahkan perasan jeruk nipis dahulu agar muncul sensasi asam yang segar. Karena lokasinya yang tidak begitu luas, tentu kita harus sadar diri bahwa ini bukan tempat untuk berlama-lama nongkrong, alias selesai makan langsung pulang.
Aku rasa, belum lengkap jika bertahun-tahun tinggal di Krapyak tetapi belum pernah mengicipi sensasi nikmatnya Soto Sayang. Yuk besok pagi nyoto bareng! Sekian dahulu tulisanku, baca tulisan lain tentang pesantren di sini.